Anak Muda Cangkruk Kuliner Ragam

Surga Kuliner di Bawah Fly Over Janti: Jalan Ditutup, Perut Dibuka!

Jogja selalu punya cara unik buat menghadirkan kejutan. Salah satunya adalah ketika bawah Fly Over Janti berubah jadi pusat kuliner dadakan setelah jembatannya ditutup.

Dulu, tempat ini cuma sekadar jalur lalu lintas biasa—panas, berdebu, dan penuh klakson kendaraan yang lebih sering nyuruh minggir daripada menyapa. Tapi sekarang? Begitu malam tiba, kawasan ini menjelma jadi surga kuliner yang bikin lupa diet!

Warung-warung tenda bermunculan, asap bakaran mengepul, aroma makanan menyeruak, dan manusia-manusia lapar berdatangan. Kalau kamu belum pernah merasakan nikmatnya makan di sini, bisa jadi kamu melewatkan salah satu pengalaman kuliner terbaik di Jogja.

Ayo kita jelajahi kenikmatan duniawi di bawah Fly Over Janti!

1. Bakso dan Mie Ayam: Sumber Kebahagiaan Universal

Kalau ada makanan yang bisa menyatukan semua orang, jawabannya pasti bakso dan mie ayam. Dan di bawah Fly Over Janti, dua kuliner ini berkembang biak lebih cepat dari obrolan tetangga.

Di satu sudut, ada gerobak bakso yang mangkoknya segede baskom. Isinya? Bakso urat, bakso isi telur, bakso keju, dan bakso super jumbo yang kalau dimakan sendirian bisa bikin kamu introspeksi hidup.

Di sisi lain, mie ayam juga tidak mau kalah. Ada yang kuahnya bening, ada yang gurih kental, ada yang pakai ceker, dan ada yang ayamnya lebih banyak dari mienya. Pokoknya, apapun selera mie ayam kamu, di sini pasti ada!

2. Penyetan dan Sambal yang Mengguncang Iman

Bagi kaum mendang-mending, penyetan adalah pilihan makan paling ideal. Dan di bawah Fly Over Janti, warung penyetan tumbuh subur seperti wacana diet yang tidak pernah terwujud.

Ada ayam goreng, lele goreng, tahu-tempe, dan tentu saja sambal yang bisa bikin kamu mempertanyakan segala keputusan hidup.

Makan di sini awalnya terasa santai. Nasi panas, ayam crispy, dan sambal yang terlihat menggoda. Tapi setelah satu suapan, keringat mulai bercucuran, bibir terasa panas, dan kamu mulai berdoa agar es teh yang dipesan cepat datang.

Dan anehnya? Besok pasti balik lagi.

3. Angkringan Dadakan: Filosofi Hidup di Atas Tikar Plastik

Jogja tanpa angkringan bagaikan masa depan tanpa kejelasan—terasa hampa.

Maka dari itu, di bawah Fly Over Janti, angkringan pun muncul sebagai solusi bagi jiwa-jiwa perantau yang butuh tempat untuk merenung, berdiskusi, atau sekadar ngopi sambil pura-pura produktif.

Menunya sederhana tapi sakti: nasi kucing, gorengan, sate-satean, dan kopi jos yang bisa bikin mata melek sampai subuh.

Banyak kisah hidup lahir di sini. Dari mahasiswa yang curhat soal skripsi, pekerja yang meratapi tanggal tua, sampai debat tak berujung antara penggemar kopi hitam dan kopi susu. Di sini, semua diterima dengan tangan terbuka.

4. Lesehan Trotoar: Restoran Tanpa Sewa

Di beberapa titik bawah Fly Over Janti, ada konsep makan yang lebih inovatif: lesehan trotoar.

Tidak perlu tempat luas, cukup tikar, meja kecil, dan lampu seadanya, boom! Jadilah restoran dadakan.

Makanan yang dijual pun beragam. Ada nasi goreng dengan topping nyeleneh, sate taichan yang bikin bibir kebas, sampai martabak yang isinya lebih banyak dari perasaan yang kamu pendam selama ini.

Sensasinya unik. Ada rasa bahagia, ada sedikit rasa was-was, tapi justru itulah yang bikin makan di sini lebih seru.

5. Cilok dan Siomay: Camilan, Tapi Penting

Di antara makanan berat, jangan lupakan cilok dan siomay. Mereka ini adalah pahlawan kecil yang selalu siap menemani obrolan santai.

Cilok di sini teksturnya pas, saus kacangnya kental, dan sambalnya cukup buat bikin kamu refleksi hidup. Sementara itu, siomay di sini juga beragam—ada yang klasik dengan bumbu kacang, ada yang digoreng sampai krispi, dan ada juga yang disajikan dengan gaya lebih modern biar kelihatan fancy.

Makan cilok di sini rasanya seperti nostalgia. Murah, enak, dan selalu bikin nagih.

Fly Over Ditutup, Kuliner Dibuka!

Siapa sangka, keputusan menutup bawah Fly Over Janti justru melahirkan pusat kuliner baru yang mengguncang perut dan dompet.

Mau makan berat? Ada. Mau ngemil? Banyak. Mau nongkrong sampai subuh? Bisa.

Jadi kalau kamu bosan dengan tempat makan yang itu-itu saja, coba mampir ke sini. Siapa tahu, di tengah kepulan asap sate dan suara sendok di mangkok bakso, kamu menemukan kebahagiaan kecil yang selama ini kamu cari.

Dan kalau ketemu aku di sana, jangan lupa traktir cilok!

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW