Anak Muda Cangkruk Ragam Sosial

Ramadhan Tiba, Saatnya Remaja Masjid Tampil, Gaes!

Ramadhan sebentar lagi, dan itu artinya… saatnya remas alias remaja masjid unjuk gigi! Kalau selama sebelas bulan kalian sibuk dengan berbagai kegiatan yang kurang ada barokahnya—nongkrong di warkop sampai larut, scroll TikTok tanpa sadar waktu, atau debat receh di WhatsApp grup—maka bulan suci ini adalah panggung utama kalian.

Ya, Ramadhan adalah Grand Final bagi para remaja masjid. Ini adalah momen ketika anak-anak muda yang biasanya hanya aktif di dunia maya mendadak jadi panitia buka puasa, penyusun jadwal tadarus, penjaga kotak amal, sampai penyusun strategi pengamanan takjil agar tidak disikat jamaah yang gercep.

Remaja Masjid: Dari Yang Tadinya Hilang, Mendadak Datang

Salah satu fenomena alam semesta yang selalu terjadi menjelang Ramadhan adalah munculnya remaja-remaja yang selama setahun entah ke mana, tiba-tiba aktif di masjid. Mungkin dulu di bulan-bulan biasa mereka jarang ke masjid, tetapi begitu bulan puasa datang, masjid berubah jadi co-working space bagi mereka. Yang biasanya sibuk di pinggir lapangan futsal, sekarang sibuk atur jadwal imam tarawih. Yang biasanya sibuk mabar (main bareng) Mobile Legends, sekarang sibuk mabar… marbot bareng.

Tidak apa-apa. Itu bagus! Hidayah itu datang di waktu yang tak terduga. Barangkali ini adalah cara Tuhan memanggil mereka kembali, melalui wangi tajil dan celotehan panitia Ramadhan. Lagipula, Allah lebih suka melihat kita ngapain? Ngopi sampai subuh atau mengaji sampai khatam?

Tantangan Remaja Masjid: Dari Konsistensi sampai Godaan Ghibah

Jadi remaja masjid di bulan Ramadhan itu penuh tantangan. Tantangan pertama: konsistensi. Awal-awal sih semangat, semua kegiatan di-handle, bahkan daftar jadi panitia takjil, tarawih, dan sahur on the road sekaligus. Tapi masuk minggu kedua, mulai ada yang ‘cedera’. Yang tadinya rajin ikut shalat berjamaah, mulai kendor dan cuma muncul di sesi buka puasa. Lalu di minggu ketiga, mulai banyak yang “cuti” dengan alasan sibuk tugas atau bantu orang tua. Tapi pas buka bersama di restoran mahal? Hadir, lengkap dengan outfit terbaik.

Tantangan kedua: godaan ghibah. Kalau sudah kumpul di masjid, obrolan bisa melebar ke mana-mana. Dari urusan siapa yang paling rajin tarawih sampai membahas fenomena jamaah yang sujudnya kelewat lama karena ketiduran. Hati-hati, gaes! Jangan sampai kegiatan masjid yang seharusnya menambah pahala malah jadi ajang open mic dosa.

Ramadhan: Momentum Berlatih Jadi Manusia Seutuhnya

Tapi terlepas dari segala lika-liku itu, Ramadhan memang bulan yang sempurna untuk melatih diri. Ini bulan di mana kita diuji untuk lebih sabar, lebih dermawan, dan lebih kuat melawan hawa nafsu—termasuk nafsu rebahan dan nafsu malas ibadah.

Buat remaja masjid, ini kesempatan emas untuk membuktikan bahwa kalian bisa jadi motor penggerak kebaikan di lingkungan sekitar. Tidak perlu harus melakukan hal-hal besar, cukup dengan tetap konsisten hadir di masjid, bantu kegiatan, dan menginspirasi teman-teman lainnya untuk ikut serta.

Jadi, wahai remaja masjid, bersiaplah! Pasang niat baik, rapatkan barisan, dan jadilah bagian dari generasi yang memanfaatkan Ramadhan sebaik mungkin. Jangan sampai masjid hanya ramai saat Ramadhan lalu sepi lagi setelah Idul Fitri.

Kalau bukan kalian yang meramaikan masjid, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Jangan sampai semangat ibadah kalian hanya bertahan seumur jagung… atau lebih parah, seumur takjil di meja panitia!

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW