Anak Muda Cangkruk Ragam

Ramadhan Tiba: Ajang untuk Kembali Menengok Cinta Masa Muda

Ramadhan bukan cuma bulan penuh berkah, tapi juga bulan penuh kenangan. Bukan cuma tentang sahur yang kesiangan atau tarawih yang niatnya delapan tapi baru dua udah ngantuk, tapi juga tentang momen-momen absurd yang mendadak bikin kita jadi nostalgia.

Dan salah satu yang paling klasik? Ajang menengok cinta masa muda.

Bukan, bukan dalam arti literal ketemuan di warung kopi sambil nostalgia. Maksudnya lebih ke arah fenomena yang sudah jadi tradisi tahunan: tiba-tiba kepikiran mantan, tiba-tiba kepo Instagram gebetan lama, dan tiba-tiba merasa bahwa Ramadhan ini adalah waktu yang tepat untuk menghidupkan kembali cerita cinta yang pernah redup.

Mari kita bahas fase-fasenya.

1. Tarawih: Tempat Bertemunya Mata, Bukan Cuma Iman

Dulu, pas masih remaja, tarawih itu bukan sekadar ibadah, tapi juga ajang pencarian jodoh potensial. Datang ke masjid dengan baju koko terbaik, peci yang masih kaku, dan wangi minyak wangi yang kadang kebanyakan. Tujuannya? Ya, biar ada seseorang yang ‘kebetulan’ melihat kita dari saf sebelah.

Sekarang, setelah sekian tahun berlalu, kita sadar betapa polosnya masa-masa itu. Tapi anehnya, pas Ramadhan datang, memori-memori itu kayak diputar ulang. Mungkin nggak sengaja ketemu pas tarawih hari pertama. Mungkin cuma lihat story si dia lagi berbuka bareng keluarga. Tapi efeknya? Tiba-tiba ada sesuatu yang bergetar di hati.

Bisa jadi ini pertanda iman yang meningkat. Bisa juga cuma rindu yang salah alamat.

2. Bukber: Reuni yang Penuh Harapan Palsu

Bukber adalah ajang silaturahmi, katanya. Tapi bagi sebagian orang, bukber lebih mirip reuni cinta lama yang (katanya) bersemi kembali.

Grup alumni SMA yang biasanya sepi, mendadak ramai menjelang Ramadhan. “Ayo, kapan bukber?” “Jadi bukber nggak nih?” Tapi jujur aja, ada satu-dua orang yang sebenarnya bukan niat ketemu teman lama, tapi lebih pengin lihat apakah si dia masih sendiri.

Bukber pun jadi ajang investigasi terselubung. Ada yang datang dengan outfit terbaik, memastikan rambut tertata rapi, dan berharap bisa duduk dekat si dia. Obrolan awal masih aman, nostalgia masa sekolah, bercanda tentang guru killer, tapi lama-lama mulai ada kode-kode terselubung:

“Kamu masih di kota ini?”
“Masih. Kamu gimana?”
“Aku sih sekarang lebih santai, lebih fokus ke masa depan.”

Masa depan yang tiba-tiba terasa bisa melibatkan kalian berdua lagi.

Tapi sayangnya, seringkali ini cuma false hope. Habis bukber, balik ke rutinitas masing-masing. Yang tadinya berharap bakal lanjut ngobrol setelah acara selesai, malah cuma dapat “hati-hati di jalan” di chat.

3. DM Dadakan: Tradisi Tahunan yang Selalu Terulang

Ramadhan juga entah kenapa jadi waktu yang tepat buat mengirim chat yang selama ini tertahan. Awalnya iseng, cuma mau balas story tentang takjil atau suasana kampung halaman. Tapi dari situ, bisa berkembang jadi chat yang lebih panjang.

“Eh, inget nggak dulu kita sering beli es cendol di depan sekolah?”
“Iya, lucu banget ya dulu, masih polos.”
“Iya, sekarang kita udah tua. Hehehe.”

Dan begitulah, obrolan berlanjut sampai subuh, entah karena memang ada niat serius, atau sekadar karena efek Ramadhan yang bikin hati lebih mellow dari biasanya.

4. Mudik: Kembali ke Kampung, Kembali ke Kenangan

Mudik bukan cuma soal perjalanan fisik, tapi juga perjalanan emosional ke masa lalu. Kembali ke rumah orang tua, lewat jalanan yang dulu jadi saksi perjuangan naik sepeda ke sekolah, melewati warung tempat dulu sering beli jajanan bareng si dia, lalu mendadak kepikiran, “Apa kabarnya dia sekarang?”

Dan dari kepikiran itu, muncullah rasa penasaran. Scroll media sosial? Cek status WhatsApp? Atau bahkan kalau nekat, coba cari alasan buat ketemu.

Tapi ya, seperti biasa, kadang yang kita cari adalah perasaan yang sebenarnya sudah lama hilang. Yang kita kangenin bukan orangnya, tapi momen-momen yang pernah ada.

5. Setelah Idulfitri, Semua Kembali Normal

Ini siklus tahunan. Setelah Ramadhan berlalu, setelah takbir berkumandang, setelah semua chat “maaf lahir batin” dikirim, kita kembali ke kenyataan.

Orang yang tadinya bikin kita baper selama Ramadhan, mendadak sibuk lagi. Obrolan yang awalnya intens, perlahan meredup. Momen-momen nostalgia itu akhirnya hanya jadi catatan kecil di ingatan.

Mungkin memang begitu cara Ramadhan bekerja. Ia bukan cuma tentang ibadah dan kebersamaan, tapi juga tentang kesempatan untuk mengingat apa yang pernah kita lewati.

Tapi ya sudahlah. Kalau tahun ini gagal balikan, siapa tahu Ramadhan tahun depan ada keajaiban.

Selamat menjalani Ramadhan! Jangan sampai lebih sibuk stalking mantan daripada memperbaiki ibadah.

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW