Uncategorized

PSS Sleman: Brengsek, Kalah Lagi! Tapi Kuyakin Kau Bisa!

 

Sleman sedang tidak baik-baik saja. Lebih parahnya lagi, Sleman sedang di titik terburuknya. Kalau boleh jujur, ini sudah di luar batas kewajaran. Bukan sekadar kecewa, tapi marah, sesak, dan muak. Rasanya kepala ini panas, dada sesak, tangan ingin meremas apa saja yang ada di sekitar.

Kita sepakati dulu, Sleman di sini adalah PSS Sleman. Tim kebanggaan, tim kebanggaan kita, tim kebanggaan yang kini justru membuat kita terisak dalam diam. PSS Sleman sedang tidak baik-baik saja.

Bukan sekali, bukan dua kali. Dari enam pertandingan terakhir, hanya satu kemenangan yang bisa diraih. Dan itu pun lebih mirip keberuntungan daripada hasil kerja keras. Sisanya? Lebih baik tidak usah dibahas, hanya bikin naik darah.

Tapi malam ini puncaknya. Malam ini adalah titik klimaks dari semua sakit hati yang sudah lama dipendam. Pertandingan penting melawan tetangga, dan hasilnya? Kekalahan. Lagi. Bukan kalah tipis, bukan pertandingan yang bisa dibilang “hanya kurang beruntung”—tapi kalah 1-4.

Coba bayangkan bagaimana rasanya menjadi Young Sleman malam ini.
Bayangkan mereka yang berangkat jauh-jauh, meninggalkan pekerjaan, meninggalkan keluarga, merogoh kocek dalam-dalam, hanya untuk berdiri di tribun, bernyanyi tanpa lelah, hanya untuk pulang dengan kepala tertunduk dan hati remuk.

Kami bukan sekadar kecewa. Kami hancur.

Kalian Tidak Sendirian, Tapi Sampai Kapan Kami Bertahan?

Tidak ada yang meragukan cinta kami. Cinta kami ini sudah melewati batas logika.

Tidak peduli tim ini bermain buruk, tidak peduli hasil akhir, kami tetap datang.
Tidak peduli hujan atau panas, kami tetap berdiri di tribun.
Tidak peduli sejauh apa laga tandang, kami tetap mengawal.

Kami tidak butuh trofi, kami tidak menuntut PSS selalu menang.
Kami hanya ingin melihat perjuangan.

Tapi sekarang, apa yang kami lihat di lapangan?
Loyo. Tanpa semangat. Tanpa nyawa.
Kami yang ada di tribun teriak sampai suara serak, tapi di lapangan, mereka bahkan terlihat tidak peduli.

Sakit! Ini sakit sekali!

Dan yang lebih menyakitkan lagi? Tidak ada yang bisa kami mintai pertanggungjawaban.

Kami mau mengadu ke siapa?
Manajemen? Sibuk dengan urusan sendiri.
Pelatih? Bingung dengan strateginya sendiri.
Pemain? Entahlah, kami tidak tahu apa yang ada di pikiran mereka.

Jadi, kami harus bertanya ke siapa?
Kami harus menumpahkan semua ini ke siapa?
Kami harus menggantungkan harapan kepada siapa?

Kami sudah kehilangan kata-kata.
Yang tersisa hanya sesak di dada, marah yang tertahan, dan air mata yang tidak ingin keluar.

Brengsek, Kalah Lagi! Tapi…

Malam ini, kami tidak bisa menahan diri lagi. Kami ingin berteriak: “Brengsek! Kalah lagi!”

Tapi anehnya, di balik semua makian itu, cinta ini tetap ada.

Cinta yang bodoh.
Cinta yang terus bertahan meski disakiti berkali-kali.
Cinta yang tidak bisa pergi, meskipun tahu bahwa bertahan hanya akan membawa luka lebih dalam.

Dan karena cinta ini, di tengah amarah dan kekecewaan, masih ada satu bisikan yang tidak bisa kami buang:

“Kuyakin kau bisa.”

Karena dunia tidak akan berhenti hanya karena PSS kalah (lagi).
Karena musim ini belum berakhir.
Karena meskipun kami lelah, kami tidak akan benar-benar pergi.

Jadi, cukupkan tangisan malam ini.
Simpan amarah, jangan sampai memakan diri sendiri.
Mari kita kembali ke tribun, mari kita kembali bernyanyi.

Bukan karena mereka pantas mendapatkannya.
Bukan karena kami yakin mereka akan menang.
Tapi karena cinta kami lebih besar dari sekadar hasil akhir.

Dan selama ada satu persen harapan, selama masih ada satu pertandingan tersisa, kami akan tetap meneriakkan satu kalimat:

“Kuyakin kau bisa!”

S AJI P

S AJI P

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW