Anak Muda Budaya Ragam

Patung Soekarno di Omah Petroek: Menjaga Keberagaman, Biar Nggak Kena Mental!

Pernah dengar Omah Petroek? Kalau belum, sini merapat, aku kasih bocoran. Omah Petroek itu semacam rumah kebudayaan yang letaknya di Kaliurang, Yogyakarta. Namanya aja udah unik, “Petroek”, tokoh punakawan dalam pewayangan yang jujur, lugu, tapi cerdas. Nah, di tempat seunik itu, berdirilah sebuah patung Soekarno yang bikin kita jadi mikir: lho, Bung Karno ngapain di sini?

Jangan salah, kehadiran patung itu bukan sekadar dekorasi biar ada unsur ‘founding father’-nya. Tapi, dia jadi simbol penting tentang merawat kebangsaan dan keberagaman di Indonesia. Di tengah zaman di mana orang gampang banget ribut cuma gara-gara beda pendapat—bahkan beda topping martabak bisa jadi debat kusir—patung Soekarno ini seperti mengingatkan, hei, kita ini bangsa yang besar, jangan gampang baper!

Omah Petroek: Tempat Nyeni, Tapi Nggak Elit-elit Amat

Omah Petroek Karangklethak didirikan oleh Sindhunata, seorang sastrawan sekaligus budayawan yang dikenal luas dengan karya-karyanya yang kuat dalam nuansa kemanusiaan dan keberagaman. Tempat ini bukan sekadar museum atau galeri seni yang bikin kita harus jalan pelan-pelan sambil pasang muka serius. Enggak. Omah Petroek itu tempat berkumpulnya orang-orang kreatif, aktivis, seniman, dan siapa aja yang mau ngobrolin hal-hal besar dengan gaya yang santai.

Bayangin aja, di satu sudut ada orang diskusi soal budaya, di sisi lain ada yang main gamelan, terus di pojok sana ada anak-anak muda ngopi sambil ngobrolin konspirasi negara. Semua bercampur jadi satu tanpa ada yang merasa lebih pintar dari yang lain. Pokoknya, kayak Indonesia dalam versi mini—beragam, tapi tetap nyambung.

Sindhunata membangun Omah Petroek dengan semangat kebangsaan yang inklusif. Sebagai seorang penulis dan budayawan, dia nggak cuma paham soal sastra dan seni, tapi juga tentang bagaimana keberagaman di Indonesia bisa dijaga lewat ruang-ruang kebudayaan. Itulah kenapa Omah Petroek bukan sekadar tempat ngumpul, tapi juga jadi laboratorium kebangsaan yang hidup.

Lalu, Kenapa Soekarno?

Bung Karno itu bukan sekadar presiden pertama. Dia adalah simbol kebangsaan, keberagaman, dan keberanian berpikir. Di Omah Petroek, kehadiran patung Soekarno terasa seperti alarm pengingat bahwa kebudayaan dan nasionalisme itu harus terus dijaga, bukan sekadar dipajang di museum atau di buku pelajaran sejarah yang isinya bikin ngantuk.

Bung Karno dikenal sebagai orator ulung, seorang pemimpin yang berani, dan seorang pemikir yang nggak takut beda pendapat. Di zaman sekarang, banyak orang kalau beda pendapat dikit langsung baper, unfollow, atau malah bikin thread panjang di media sosial buat nyindir. Padahal, di tangan Bung Karno, perbedaan itu justru jadi kekuatan.

Di Omah Petroek, patung Bung Karno berdiri dengan gagah, seakan-akan lagi berkata, “Hei, kalian ini penerus bangsa, jangan ribut melulu, pikirkan masa depan negara ini!”

Keberagaman Bukan Cuma Slogan, Tapi Harus Dirayakan

Salah satu hal yang paling menarik dari Omah Petroek adalah bagaimana mereka menjaga keberagaman. Di sini, semua orang dari latar belakang apa pun bisa datang, berdiskusi, dan belajar dari satu sama lain.

Patung Soekarno di tengah Omah Petroek bukan cuma pajangan, tapi juga simbol bahwa keberagaman itu nyata dan harus dijaga. Jangan sampai kita terjebak dalam sekat-sekat yang membatasi, apalagi cuma gara-gara perbedaan politik atau keyakinan.

Soekarno pernah berkata, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Nah, kalau kita lihat kondisi sekarang, kata-kata itu kayak makin relevan, kan?

Banyak orang yang lebih sibuk nyari kesalahan satu sama lain daripada nyari solusi. Ada yang senang bikin polarisasi, padahal kalau diajak ngopi bareng, bisa jadi ternyata nyambung juga obrolannya.

Merawat Kebangsaan Biar Nggak Kena Mental

Di tengah zaman serba cepat ini, nasionalisme sering kali dipahami secara instan. Ada yang merasa nasionalis kalau pakai batik sebulan sekali, ada yang merasa paling cinta Indonesia kalau bisa marah-marah di Twitter soal politik. Padahal, nasionalisme itu bukan cuma soal simbol, tapi soal bagaimana kita merawat keberagaman dengan sikap yang terbuka dan saling menghargai.

Omah Petroek, dengan patung Soekarno di dalamnya, mengingatkan kita bahwa nasionalisme bukan sekadar nostalgia masa lalu, tapi sesuatu yang harus terus dirawat dan diperjuangkan. Bukan dengan teriak-teriak “NKRI harga mati” sambil nyebar hoax, tapi dengan memahami bahwa setiap orang punya peran dalam membangun bangsa ini.

Di sini, kita diajak untuk nggak gampang tersinggung, nggak gampang emosi, dan lebih banyak mendengar sebelum bicara. Karena kalau kita terus-terusan ribut tanpa arah, yang senang justru mereka yang pengen bangsa ini tetap terpecah-belah.

Jangan Sampai Kita Lupa

Patung Soekarno di Omah Petroek bukan sekadar monumen. Dia adalah pengingat bahwa keberagaman itu harus dijaga dengan sikap yang dewasa. Jangan sampai kita jadi generasi yang gampang marah, gampang tersinggung, dan lebih suka debat di media sosial daripada mencari solusi di dunia nyata.

Kalau Bung Karno bisa berdiri di tengah Omah Petroek, di tempat yang penuh seni dan diskusi, kenapa kita nggak bisa berdiri bersama dalam keberagaman? Jangan sampai kita terlalu sibuk berdebat sampai lupa bahwa kita ini satu bangsa, satu tanah air.

Jadi, kalau suatu hari kalian main ke Omah Petroek dan melihat patung Bung Karno, coba renungkan sebentar. Lalu, ambil napas dalam-dalam, dan tanyakan pada diri sendiri: “Udah berbuat apa buat bangsa ini?” Kalau jawabannya masih bingung, ya udah, minimal jangan nambah-nambahin masalah lah!

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW