Anak Muda Cangkruk Opini

Makan Banyak: Antara Kebahagiaan, Stigma, dan Ekspektasi Sosial yang Menyebalkan

Makan adalah salah satu kebahagiaan hidup yang paling sederhana. Tidak perlu modal besar, tidak perlu skill khusus—cukup ada makanan enak di depan mata, dan hidup langsung terasa lebih baik.

Tapi anehnya, kalau ada orang yang makannya banyak, tiba-tiba semua orang jadi pakar kesehatan dan diet.

“Wah, makannya banyak banget! Hati-hati, lho!”
“Kalau terus begini, nanti berat badan naik!”
“Porsinya segitu? Kamu nggak takut gendut?”

Kenapa orang yang makan banyak selalu jadi sorotan? Kenapa kebahagiaan sederhana ini harus dirusak dengan komentar-komentar yang tidak diminta?

Mari kita bahas.

Kenapa Orang Tidak Bisa Diam Saja?

Coba perhatikan. Kalau ada orang yang makan sedikit, tidak ada yang komentar. Kalau ada orang yang memilih diet, orang-orang malah mendukung. Tapi begitu ada seseorang yang makan dengan lahap, langsung jadi bahan pembicaraan.

Padahal, aku makan pakai uang sendiri, aku yang menikmati rasanya, dan aku yang menanggung konsekuensinya. Jadi, kenapa orang lain lebih panik daripada aku?

Lagipula, hidup ini sudah cukup berat. Kalau makanan bisa membuatku bahagia, kenapa harus dipermasalahkan?

Makan Banyak Bukan Tanda Rakus, Itu Tanda Apresiasi

Ada stigma bahwa orang yang makan banyak itu rakus. Padahal, belum tentu. Bisa jadi aku hanya benar-benar menikmati makanan itu. Kalau ada ayam geprek yang pedasnya pas, nasi padang yang sambalnya nendang, atau bakso yang kuahnya bikin nagih, wajar dong kalau aku mau tambah?

Lagipula, kalau aku tidak menghabiskan makanan, nanti dikira tidak menghargai rezeki. Jadi maunya apa, nih?

Diet Itu Pilihan, Makan Banyak Juga Pilihan

Aku paham bahwa ada orang yang memilih untuk diet dan hidup sehat. Itu bagus, dan aku menghormatinya. Tapi, sama seperti aku tidak pernah mengomentari pilihan hidup mereka, kenapa mereka begitu terganggu dengan porsi makanku?

Jangan salah. Orang yang makan banyak itu belum tentu tidak sehat. Bisa jadi dia aktif bergerak, metabolismenya cepat, atau mungkin dia memang butuh lebih banyak energi karena aktivitasnya tinggi. Jadi sebelum menilai, coba tanyakan dulu: apakah aku benar-benar perlu saran itu, atau kamu hanya ingin sok bijak?

Biarkan Aku Makan dengan Damai

Pada akhirnya, makan itu soal kebahagiaan. Kalau kamu bahagia dengan dietmu, lanjutkan. Kalau aku bahagia dengan porsi makanku, tolong jangan ganggu.

Karena hidup ini sudah penuh dengan masalah. Jangan tambahkan beban baru hanya karena aku memilih makan dengan nikmat.

Jadi lain kali kalau ada yang bilang, “Eh, kamu makan mulu, nggak takut gendut?” aku akan jawab, “Kamu komentar mulu, nggak takut dibenci?”

Silakan renungkan. Tapi kalau mau ngemil dulu sebelum merenung, ya silakan. Aku tetap di sini, menikmati hidup dengan suapan berikutnya.

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW