Anak Muda Cangkruk Kuliner Ragam

Konspirasi Gorengan: Kenapa Kita Ngaku Ambil 3 Padahal 5? Apakah Ibu Kantin Tahu?

Saudara-saudaraku yang budiman, hari ini kita akan membongkar sebuah fenomena global yang sudah berlangsung turun-temurun. Sebuah kebiasaan gelap yang dilakukan oleh hampir setiap umat manusia di kantin sekolah, warteg, hingga angkringan.

Kenapa kita selalu bilang ambil 3 gorengan, padahal yang masuk ke perut udah 5?

Apakah ini sekadar kesalahan hitung? Apakah ini hasil dari kecepatan tangan yang lebih cepat dari akal sehat? Atau… apakah ini konspirasi yang lebih besar?

Mari kita selidiki!

1. Ilusi Waktu dan Pengaburan Memori: Fenomena ‘Tiba-Tiba Udah Habis’

Kita sering mengalami momen ini:

Datang ke angkringan, ngeliat gorengan masih banyak.

Ambil satu. Makan.

Ambil satu lagi.

Terus entah gimana, tahu-tahu ada tiga potong tempe mendoan sama dua bakwan udah lenyap dari piring kita.

Di titik ini, otak mulai error. “Tadi gue ambil berapa ya?”

Kita coba mengingat: “Tadi baru dua deh kayaknya… atau tiga? Ah, biar aman bilang tiga aja.”

Saudara-saudaraku, ini bukan sekadar lupaan biasa. Ini adalah anomali ruang-waktu yang sengaja diciptakan oleh kekuatan yang lebih besar!

Ada kemungkinan bahwa gorengan memiliki sifat kuantum—saat dimakan, dia menghapus jejak memori manusia yang memakannya! Kayak Thanos nge-snap jari, tapi lebih berminyak.

2. Kecepatan Tangan vs Kecepatan Moral: Kenapa Kita Selalu Ngeles?

Ketika kita sudah di kasir dan ibu kantin bertanya, “Ambil berapa, Mas?” mendadak kita masuk ke mode matematika darurat.

Kita mikir cepat:

“Tadi ambil tiga… eh, atau empat?”

“Kalau bilang lima, nanti dompet terkuras.”

“Kalau bilang tiga, masih bisa jajan es teh.”

Akhirnya, mulut kita otomatis mengeluarkan jawaban: “Tiga aja, Bu.”

Ini bukan salah kita. Ini adalah refleks manusia yang sudah tertanam sejak zaman nenek moyang. Evolusi menciptakan mekanisme bertahan hidup, dan salah satunya adalah mengurangi jumlah gorengan saat ditanya.

Kita tidak berbohong. Kita hanya… memodifikasi realitas.

3. Apakah Ibu Kantin Tahu? (Jawaban yang Akan Menghancurkan Hidupmu)

Mari kita luruskan satu hal: ibu kantin, penjual angkringan, dan penjaga warteg tahu SEMUANYA.

Jangan kira mereka nggak sadar. Jangan kira mereka tertipu.

Dengan pengalaman bertahun-tahun melayani manusia-manusia lapar, mereka punya indra keenam dalam menghitung gorengan.

Mata mereka bukan mata biasa. Itu adalah Mata Tuhan versi kantin.

Mereka tahu kalau kita bilang tiga, padahal lima. Mereka tahu kita pura-pura bego sambil kipas-kipas dompet. Mereka tahu, tapi mereka membiarkan.

Kenapa?

Karena mereka sudah menganalisis psikologi kita.

Mereka tahu bahwa rasa bersalah kita nanti akan membuat kita kembali, membeli lebih banyak, dan ujung-ujungnya tetap untung.

Mereka bukan korban, mereka adalah mastermind.

4. Kita Semua Adalah Bagian dari Siklus Gorengan

Setelah membaca ini, kamu mungkin berpikir:

“Lalu bagaimana cara menghindari perangkap konspirasi ini?”

Jawabannya sederhana: tidak bisa.

Jika kamu berusaha jujur, kamu akan kehilangan hak istimewa sebagai manusia yang suka diskon.

Jika kamu tetap curang, ibu kantin tetap akan tahu, tapi akan tetap membiarkan.

Jika kamu berusaha menghitung dengan benar, gorengan tetap akan menghilang misterius dari piringmu.

Kita semua hanyalah bidak dalam permainan yang lebih besar.

Jadi, terimalah nasibmu sebagai bagian dari rantai makanan gorengan.

Dan jangan lupa, kalau ketahuan ibu kantin, pura-pura bego aja. Itu bagian dari budaya.

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW