Budaya Kasepuhan Klenik Ragam

Jathilan Sering Dianggap Klenik, Padahal…

Kesenian rakyat Jathilan merupakan kesenian yang telah tumbuh dan mengakar lama di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Jathilan sendiri merupakan kesenian tarian yang dimainkan beberapa orang dengan kuda sebagai objek sajiannya.

Secara etimologis istilah jathilan berasal dari bahasa Jawa yakni njathil yang berarti meloncat-loncat menyerupai gerak-gerik kuda. Selain itu, jathilan juga dapat diartikan secara bebas sebagai ‘jarane jan thil-thillan tenan‘ apabila diartikan dalam bahasa Indonesia berarti ‘kudanya benar-benar joget tidak beraturan’.

Asal-usul Jathilan

Sebenarnya, ada beberapa versi dari asal-usul Jathilan, namun yang paling banyak dibicarakan bahwa tarian jathilan adalah bentuk gambaran mengenai kisah perjuangan dari Raden Fatah dari Kerajaan Demak, yang dibantu oleh wali songo dalam melakukan penyebaran ajaran agama Islam di pulau Jawa. Ketika melakukan dakwah, mereka banyak diganggu oleh bangsa jin dan setan yang membuat kesurupan dan kemudian ditolong oleh wali.

Makna Dari Tarian Jathilan

Lebih dari sekadar tarian yang rancak dan musik yang menggebu, tarian Jathilan memiliki makna yang cukup luas dan mendalam. Dalam pagelaran Jathilan, penonton akan disuguhkan dengan tarian seperti para prajurit melakukan latihan perang sebelum pergi ke medan laga. Hal ini memiliki makna bahwa dalam pertempuran yang suci, kita harus berbekal kekuatan fisik yang baik dan kesucian hati yang mumpuni.

Dalam tariannya, sosok kuda tidak lepas dari pemaknaan yang mendalam. Masyarakat percaya bahwa kuda lebih dari sekadar hewan. Ia adalah simbol spiritual dengan kekuatan gaib yang dapat memberikan semangat hidup. Kekuatan fisik kuda yang mengagumkan juga menjadikannya representasi kekuatan dan kegagahan. Dalam budaya Jawa, makna kuda semakin kompleks dengan adanya mantra-mantra tertentu yang mengasosiasikannya dengan hal-hal erotis dan keberanian yang ekstrem.

Melihat dari begitu banyak makna yang bisa saja didapat dari sebuah kesenian Jathilan, kurang bijaksana rasanya ketika menganggap bahwa kesenian Jathilan hanya sekadar klenik, mistis, dan takhayul. Sedangkan makna Jathilan sangat beragam. Mari kembali kita ‘nguri-uri’ kebudayaan yang ada di sekitar kita agar nantinya kebudayaan tersebut tidak hilang digerus jaman.

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW