Budaya Kasepuhan Ragam

Hukum Sebab Akibat Ala Orang Jawa, Karma Bekerja Untukmu, Kawan!

Orang Jawa punya filosofi yang dalam tentang hukum sebab-akibat. Kalau orang India menyebutnya karma, orang Barat menyebutnya cause and effect, orang ilmuwan menyebutnya hukum aksi-reaksi, orang Jawa cukup bilang: “Sing sapa nandur, bakal ngundhuh.” (Siapa yang menanam, dia akan menuai).

Kelihatannya sederhana, tapi coba kamu perhatikan, seberapa sering kalimat ini terbukti dalam kehidupan sehari-hari?

Ada orang yang sering ngibulin orang lain, ujung-ujungnya ketipu juga.

Ada yang doyan nyepelein orang, suatu hari dia malah disepelekan balik.

Ada yang rajin membantu orang lain, tanpa diminta pun nanti ada saja yang bantu dia.

Padahal, ini nggak butuh analisis njlimet, nggak pakai data statistik ribuan sampel, tapi hukum sebab-akibat ala orang Jawa ini sering kejadian!

Jadi, mari kita bahas dengan cara yang santai, menggelitik, tapi tetap filosofis!

“Sing Sapa Nandur, Bakal Ngundhuh” – Nasib Itu Dibentuk, Bukan Kebetulan

Kalau kamu pernah lihat orang sukses, biasanya ada dua jenis:

Orang yang memang kerja keras dan akhirnya berhasil.

Orang yang dulu nyebelin, lalu sukses, tapi akhirnya jatuh juga.

Yang pertama jelas, dia nanam benih kerja keras, akhirnya panen keberhasilan. Tapi yang kedua lebih menarik. Ada lho orang yang dulu semena-mena pas sukses, terus tiba-tiba jatuh tanpa disangka-sangka.

Di sinilah hukum sebab-akibat bekerja. Orang Jawa percaya, kalau kamu nanam ketulusan, kamu akan panen kebaikan. Kalau kamu nanam kesewenang-wenangan, kamu akan panen penderitaan. Masalahnya, orang sering lupa kalau panen itu butuh waktu.

Makanya, ada orang yang dulunya pelit, tapi saat tua malah kerepotan sendiri. Ada juga yang dulu suka ngeremehin orang, lalu akhirnya dihina-hina balik sama orang lain.

Orang Jawa nggak pakai istilah “hukum karma”, tapi cukup bilang: “Yowis, mengko ndelok wae.” (Ya udah, nanti lihat aja).

Hukum Sebab-Akibat Itu Bisa Datang dalam Bentuk yang Tak Terduga

Orang Jawa percaya bahwa setiap perbuatan akan kembali ke pelakunya, tapi sering kali dalam bentuk yang nggak terduga.

Contohnya:

Dulu sering mutusin pacar seenaknya, besok pas serius malah susah dapat jodoh.

Dulu sering ngomongin orang di belakang, eh pas kerja malah dijelek-jelekin bos ke atasan.

Dulu suka bohongin orang tua, pas tua anak-anaknya jadi susah dipercaya.

Makanya, Mbah-mbah kita selalu bilang, “Ojo dumeh.” (Jangan merasa paling hebat). Karena yang sekarang di atas, belum tentu tetap di atas selamanya.

Hukum sebab-akibat itu seperti boomerang. Kamu lempar ke depan, tapi nanti bakal balik ke kepalamu sendiri kalau nggak hati-hati!

Filosofi “Gusti Ora Sare” – Tuhan Tidak Tidur

Orang Jawa punya prinsip bahwa kebenaran itu nggak bisa dikalahkan oleh waktu. Kalau sekarang ada ketidakadilan, tunggu saja, nanti pasti ada balasannya.

Makanya, kalau ada orang yang curang, culas, atau dzolim, orang Jawa cukup bilang, “Gusti ora sare.” (Tuhan tidak tidur).

Ini bukan sekadar pasrah, tapi lebih ke keyakinan bahwa setiap perbuatan pasti ada akibatnya.

Orang yang sering bikin susah orang lain, lama-lama bakal susah sendiri.
Orang yang menolong banyak orang, pasti hidupnya akan dimudahkan dengan cara yang tidak terduga.

Kadang kita berpikir, “Lho, kok dia yang jahat malah hidupnya enak?” Tenang. Hukum sebab-akibat bekerja dengan caranya sendiri. Bisa jadi, dia cuma dikasih tali lebih panjang sebelum akhirnya kecekik sendiri.

“Ojo Adigang, Adigung, Adiguna” – Jangan Sombong!

Ada satu petuah Jawa yang selalu relevan: Ojo adigang, adigung, adiguna.

Artinya: Jangan sok kuat, jangan sok berkuasa, jangan sok pintar.

Karena siapa pun yang terlalu angkuh, pasti akan jatuh. Sejarah sudah membuktikan berkali-kali:

Orang yang terlalu percaya diri dan ngeremehin lawan, biasanya kalah di saat yang nggak disangka.

Orang yang merasa paling pintar, biasanya justru kejebak sama kesombongannya sendiri.

Orang yang paling kaya dan berkuasa, kalau terlalu angkuh, seringnya justru tumbang dengan cara yang tragis.

Makanya, orang Jawa lebih memilih sikap “low profile tapi mematikan.” Kayak air yang tenang tapi dalam. Karena semakin sombong seseorang, biasanya semakin besar kejatuhannya.

Sebab-Akibat Itu Nyata, Jadi Hati-Hati dalam Hidup!

Kalau hukum fisika bilang, “Setiap aksi ada reaksi yang setara,” hukum orang Jawa bilang, “Apa yang kamu lakukan, akan kembali kepadamu.”

Jadi, kalau sekarang hidup terasa berat, coba cek lagi:

Jangan-jangan dulu kita pernah menyakiti orang tanpa sadar?

Jangan-jangan kita kurang tulus dalam berbuat baik?

Tapi kalau kita sudah banyak berbuat baik tapi kok belum merasakan hasilnya? Tenang. Hukum sebab-akibat bukan seperti mie instan—bisa langsung jadi dalam 3 menit. Kadang butuh waktu lama untuk panen dari apa yang kita tanam.

Jadi, kalau ada orang yang suka semena-mena, nggak perlu capek-capek balas dendam. Cukup bilang: “Tak tunggu wae.” (Aku tunggu saja). Karena pada akhirnya, hukum sebab-akibat nggak bisa ditipu, dan hidup akan mengembalikan semua sesuai dengan perbuatan kita.

Dan ingat, boomerang itu pasti balik!

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW