Anak Muda Cangkruk Lelucon

Hari Keempat: Setan WFH?

“Di bulan Ramadhan, setan-setan dibelenggu,” begitu kata orang-orang.

Tapi kalau benar begitu, kenapa godaan masih ada di mana-mana?

Kenapa saat melihat es teh di iklan TV, tenggorokan Jagad langsung terasa kering seperti habis berjalan di padang pasir?

Kenapa ketika sedang fokus beribadah, pikirannya tiba-tiba melantur ke tempat-tempat absurd yang tidak ada hubungannya dengan surga dan pahala?

Kenapa rasa malas, emosi, dan pikiran-pikiran aneh masih tetap muncul seperti biasanya?

“Apa jangan-jangan… setan nggak benar-benar dikurung? Atau mereka kerja dari rumah sekarang?” gumam Jagad sambil termenung di teras.

Setan Dibelenggu, Tapi…

Sejak kecil, Jagad selalu membayangkan bahwa setiap masuk bulan Ramadhan, para setan akan ditangkap dan diikat seperti tahanan perang.

Dalam imajinasinya, ada satu ruangan besar penuh rantai dan borgol di dimensi lain, di mana para setan hanya bisa meronta-ronta tanpa bisa melakukan apa-apa.

Tapi kini, di hari keempat puasa, Jagad mulai mempertanyakan logika ini.

Kalau memang mereka benar-benar diikat, harusnya manusia jadi super baik, kan? Harusnya semua orang otomatis berubah jadi malaikat, nggak ada lagi marah-marah di jalanan, nggak ada yang malas bangun sahur, dan nggak ada lagi godaan makan siang di pojokan pasar.

Tapi nyatanya, godaan masih ada di mana-mana.

Berarti ada dua kemungkinan:

Setan sudah menemukan cara untuk WFH (Work From Home).

Mereka tetap bisa menggoda manusia dari jauh, mungkin lewat sistem remote yang canggih.

Manusia sebenarnya sudah cukup ahli menggoda dirinya sendiri.

Setelah bertahun-tahun ditempa oleh setan, manusia mungkin sudah bisa auto-sabotage tanpa perlu bantuan pihak luar.

Godaan yang Tetap Datang

Siang itu, Jagad duduk di kamar, berusaha fokus membaca buku sambil menahan lapar.

Lalu tiba-tiba…

“Kamu lapar, kan?”

Suara di kepalanya mulai berbisik.

Jagad kaget. “Hah? Siapa tuh?”

“Coba cek kulkas, deh. Siapa tahu ada makanan enak.”

Jagad menggeleng. “Eh, eh, ini nggak boleh. Setan kan udah dikurung!”

“Setan iya. Tapi aku bukan setan. Aku… bagian dari dirimu sendiri.”

Jagad terdiam.

Astaga.

Jangan-jangan, selama ini yang menggoda dia bukan setan, tapi dirinya sendiri?

Jangan-jangan, manusia memang sudah cukup kreatif dalam menciptakan godaan tanpa perlu bantuan makhluk ghaib?

Jagad mulai berpikir.

Misalnya, ada orang yang bilang, “Aduh, ini tuh bukan aku banget. Aku jadi jahat gara-gara setan!”

Padahal, kalau dipikir-pikir, jangan-jangan itu memang dirinya sendiri, tapi selama ini ia butuh kambing hitam buat dijadikan alasan?

Lalu ia ingat temannya, yang sering bilang, “Duh, aku tuh sebenernya anak baik-baik, tapi kalau ada setan di kepala, ya gimana?”

Padahal, di bulan puasa ini, tanpa kehadiran setan pun, dia tetap melakukan kebiasaan yang sama.

Hmm…

Jangan-jangan, selama ini kita semua hanya menyalahkan setan karena tidak mau mengakui bahwa sering kali, sumber godaan itu datang dari dalam diri sendiri?

Refleksi Sore di Teras

Menjelang sore, Jagad duduk di teras sambil merenung.

Ia mulai menyadari satu hal: mungkin inilah tujuan sebenarnya dari puasa.

Bukan hanya tentang menahan makan dan minum, tapi tentang membuktikan bahwa manusia bisa melawan godaannya sendiri.

Karena kalau setan benar-benar dikurung, tapi manusia tetap tergoda untuk malas, marah-marah, atau melakukan hal buruk lainnya…

Maka itu bukan lagi salah setan. Itu murni urusan manusia.

“Mungkin ini alasan kenapa puasa itu sulit,” pikir Jagad.

Karena musuhnya bukan setan, tapi diri sendiri.

Maghrib: Waktunya Evaluasi

Adzan Maghrib berkumandang.

Seperti biasa, tegukan air pertama terasa seperti kebahagiaan mutlak.

Sambil makan, Jagad masih merenungkan temuannya hari ini.

Ternyata, selama ini ia terlalu fokus mencari siapa yang menggoda dirinya.

Padahal yang lebih penting adalah bagaimana ia bisa melawan godaan itu.

“Baiklah,” katanya dalam hati. “Mulai besok, aku harus lebih disiplin. Nggak boleh cari-cari alasan, nggak boleh menyalahkan setan yang bahkan lagi cuti.”

Lalu ia berhenti sejenak, menatap makanan di depannya, dan berpikir…

“Tapi kalau malam ini aku makan kebanyakan, itu tetap salah setan, kan?”

Sepertinya, perjuangan melawan godaan masih akan panjang.

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW