Kasepuhan

Hadapi Tahun Baru, Rangkul Makna Hidup

Terompet tahun baru sudah digemakan, kembang api telah meletus di langit malam. Gegap gempita perayaan malam pergantian tahun baru sudah usai. Matahari tahun baru pun sudah bersinar. Lantas, apa yang sudah dan akan kita lakukan di episode hidup ini?

Dalam perspektif filosofis, tahun baru menyiratkan perputaran siklus kehidupan yang tiada henti, mengajarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara, namun selalu memberi peluang untuk memulai kembali.

Waktu, sebagaimana dikatakan oleh para filsuf, adalah elemen yang tidak bisa disentuh tetapi terasa begitu nyata. Tahun baru menjadi pengingat bahwa waktu bergerak tanpa henti, tak menunggu siapa pun, memaksa kita untuk bertanya: apa yang telah kita lakukan dengan waktu yang telah berlalu?

Tahun baru mengajarkan kita tentang pentingnya carpe diem—memanfaatkan hari ini sebaik mungkin. Namun, di balik optimisme itu, juga tersimpan pesan lain: pentingnya memento mori, bahwa waktu kita terbatas, dan setiap detik yang berlalu adalah pengurangan dari total perjalanan kita di dunia.

Seorang filsuf Yunani kuno, pernah berkata bahwa “tidak ada yang tetap, kecuali perubahan itu sendiri.” Dalam konteks ini, tahun baru mengajarkan kita untuk menerima perubahan sebagai bagian yang tak terelakkan dari hidup. Kita diajak untuk berdamai dengan masa lalu, memanfaatkan momen kini, dan mempersiapkan masa depan dengan hati terbuka.

Secara kolektif, tahun baru adalah cerminan dari kemanusiaan itu sendiri. Dalam perayaan dan doa-doa yang dipanjatkan, kita melihat bagaimana manusia secara naluriah merindukan kebahagiaan, kedamaian, dan kemajuan. Tahun baru adalah peringatan tahunan bahwa hidup bukan hanya tentang pencapaian individu, tetapi juga tentang kontribusi kita terhadap komunitas dan dunia yang lebih besar.

Tahun baru tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga waktu untuk merefleksikan filosofi hidup kita. Apa tujuan kita? Apa arti hidup ini bagi kita? Dan bagaimana kita ingin menghabiskan waktu yang tersisa? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tidak datang sekaligus, tetapi renungan tersebut adalah langkah awal menuju kehidupan yang lebih bermakna. Seperti matahari yang terbit di awal tahun, ia menawarkan peluang untuk bersinar lebih terang, membangun kehidupan yang lebih baik, dan meninggalkan jejak yang lebih indah bagi dunia.

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW