Anak Muda Cangkruk Ragam

Cak Moel; RT Rasa Lurah yang Cita-citanya Disayang Banyak Orang

Di sebuah dusun kecil di Sleman Barat, ada seorang Ketua RT yang kalau diibaratkan tokoh film, dia ini perpaduan antara Gus Dur, Benyamin Sueb, dan Ted Lasso—santai, cerdas, humoris, tapi prestasinya bikin orang melongo. Dialah Cak Moel, Ketua RT paling sakmadyone wae sedunia.

Kalau ada penghargaan “Ketua RT Paling Cihuy, Ramah Tamah, dan Berfaedah”, dia bakal juara satu. Filosofi hidupnya sederhana: sakmadyone wae—hidup secukupnya, seperlunya, sebisanya, nggak usah lebay-lebay amat. Tapi jangan salah, di balik santainya, Cak Moel ini petarung ulung dalam dunia per-RT-an.

Prestasi yang Patut Diajungi Jempol Banyak

Jangan tertipu dengan sikapnya yang terkesan leha-leha. Diam-diam, Cak Moel ini RT rasa Lurah. Dalam kepemimpinannya, warga RT-nya nggak pernah ribut. Semua urusan beres tanpa drama. Kalau ada RT lain yang tiap minggu warganya adu mulut gara-gara parkiran atau rebutan tanah warisan, di wilayah Cak Moel semua damai sentosa.

Yang lebih gila, total anggaran yang berhasil dia dapatkan untuk pembangunan wilayahnya mencapai hampir 1 miliar lebih! Coba bayangkan, wilayah kampung di Sleman agak barat saja bisa dapat duit segitu, bukan buat dikorupsi, tapi buat benar-benar bangun lingkungan. Kalau ada Ketua RT lain yang mikir dapet anggaran seratus juta aja udah prestasi besar dan ingin tau bagaimana Cak Moel bisa mendapatkan lebih, Cak Moel akan senyum sambil nyeletuk,

“Dolan ngomahku, tak gawekke kopi, tak bakarke nila. Moh aku cerita ning kene.”

Bahkan, banyak tokoh masyarakat yang bilang, “Cak Moel ini RT rasa Lurah!” Banyak yang mendorongnya maju jadi lurah beneran, tapi Cak Moel cuma senyum tipis sambil merokok di teras rumah.

“Urip sakmadyo wae,” katanya santai.

Filosofi Sakmadyone Wae: Hidup Santai, Hasil Maksimal

Di tengah dunia yang makin absurd—di mana orang bisa stres cuma gara-gara tetangga beli kulkas dua pintu—Cak Moel datang sebagai oase ketenangan. Dia percaya bahwa hidup ini nggak usah dipikirin berat-berat. Bukan berarti nggak serius, tapi seriusnya di tempat yang pas.

“Nggo opo sugih nek atimu ra tentrem?” begitu katanya suatu malam di teras rumah kawan baik. Dan kita semua yang tabungannya pas-pasan langsung merasa tercerahkan.

Cak Moel ini paham betul seni hidup tanpa beban tapi nggak gembel. Dia kerja secukupnya, makan secukupnya, mikir secukupnya. Tapi kalau urusan memperjuangkan warga, dia bisa jadi singa.

“Sing penting iso turu,” begitu katanya.

Kebaikan Itu Gampang, Asal Gak Banyak Hitungan

Meskipun hidupnya sakmadyone wae, bukan berarti Cak Moel cuek bebek. Justru dia Ketua RT paling gampang dimintai tolong. Ada warga yang butuh tanda tangan, dia teken tanpa banyak tanya. Ada yang mau bikin hajatan, dia bantu mikirin parkiran. Ada yang nangis di depan rumah gara-gara diputusin pacar, dia bawain kopi sambil bilang,

“Wis, rapopo. Masih akeh sing luweh ayu.”

Yang bikin kebaikan susah itu ekspektasi. Banyak orang nolong biar dapat pujian, biar viral, biar dianggap baik. Tapi Cak Moel nolong ya nolong aja. “Sing penting niatku apik, urusan wong-wong meh piye rasah tak pikir.”

Kadang kita ini terlalu ribet. Ada yang nolong tapi harus difoto dulu buat Instagram. Ada yang nolong tapi sambil ngeluh. Ada juga yang nolong sambil nyinyir ke orang yang nggak nolong. Padahal, menurut Cak Moel, nolong itu ya niatin aja, lakuin aja, selesai.

Ambisi yang Tak Terlalu Ambisius: Pengen Disayang Banyak Orang

Kalau ditanya cita-citanya, Cak Moel nggak akan jawab “pengen kaya tujuh turunan.” Jawabannya sederhana:

“Pengen disayang banyak orang.”

Dia ingin jadi Ketua RT yang kalau habis jabatannya, warga tetap nganggep dia bagian dari mereka. Bukan sekadar bekas pemangku kekuasaan yang dilupakan.

Banyak orang sibuk mengejar kekayaan, tapi lupa bahwa yang paling enak di dunia ini ya disayang banyak orang. Buat apa punya rumah mewah kalau nggak ada yang mau mampir? Buat apa punya duit banyak kalau tiap malam makan sendirian? Buat apa terkenal kalau yang kenal cuma followers, bukan teman sungguhan?

Cak Moel paham betul bahwa modal paling besar dalam hidup ini bukan harta, tapi kebaikan hati. Makanya dia selalu ramah, selalu nolong, selalu jadi tempat curhat.

Belajarlah dari Cak Moel, Tapi Jangan Jadi Cak Moel Juga

Cak Moel bukan orang kaya, bukan orang berpendidikan tinggi, tapi dia bahagia. Dia nggak punya followers ratusan ribu, tapi dia punya orang-orang yang sayang sama dia.

Filosofi hidupnya sakmadyone wae bukan berarti pasrah atau nggak punya ambisi. Justru dia punya ambisi yang paling sulit didapat orang zaman sekarang: hidup cukup, hidup baik, dan disayang banyak orang.

Jadi, kalau besok-besok kamu mulai stres karena hidup terasa berat, coba inget Cak Moel. Hidup itu cukup-cukup saja, baik-baik saja, dan jangan terlalu dipikir berat-berat. Yang penting, kalau malam bisa tidur nyenyak tanpa ketakutan, berarti kamu sudah menang dalam hidup ini.

Tapi, jangan jadi Cak Moel juga! Nanti kasihan anak istrinya bingung kalau Cak Moel jadi banyak.

We Love You, Cak Moel! Muuaacchh!

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

2 Comments

  1. Hallo

    Februari 10, 2025

    Josjis

  2. Sena

    Februari 10, 2025

    Iki to pak rt pas enom??hahaha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW