Anak Muda Budaya Klenik Ragam

Beringin Kembar: Ujian Hidup yang Tak Pernah Masuk Kurikulum

Kalau kamu ke Jogja dan merasa hidupmu baik-baik saja, coba deh mampir ke Alun-Alun Selatan. Bukan buat naik odong-odong kelap-kelip yang mirip transformer gagal, tapi buat ngetes keberuntungan dengan berjalan melewati beringin kembar dengan mata tertutup.

Mitosnya, kalau kamu berhasil melewatinya tanpa belok atau nyasar ke tempat yang tidak seharusnya, harapanmu bakal terkabul. Kedengarannya simpel, kan? Cuma jalan lurus doang. Tapi percayalah, ini bukan sekadar ujian keseimbangan badan, melainkan ujian kesabaran, keberanian, dan keteguhan hati.

Mitos yang Menjebak Anak Muda Labil

Tak jelas siapa yang pertama kali menemukan ide ini. Bisa jadi dulu ada pangeran galau yang iseng, atau mungkin seorang mahasiswa semester akhir yang kepepet ingin lulus. Yang pasti, mitos ini berkembang dan menjadi semacam tantangan spiritual bagi mereka yang merasa butuh validasi dari semesta.

“Kamu mau lulus cepat?”
“Coba jalanin ini dulu.”
“Kamu mau dapet pacar idaman?”
“Silakan, beringin kembar menunggu.”

Gampang? Tunggu dulu. Begitu kain penutup mata dipasang, mendadak otakmu bakal kehilangan semua keterampilan navigasi yang selama ini kamu banggakan. Yang tadinya pede bakal jalan lurus, malah belok 45 derajat ke arah yang tidak diinginkan. Ada yang jalannya melingkar, ada yang malah balik ke tempat semula. Ada juga yang secara misterius langsung menuju tukang cilok di pinggir lapangan.

Kenapa Bisa Susah?

Banyak teori yang beredar. Ada yang bilang itu pengaruh energi magis dari beringin kembar yang bikin orang kehilangan arah. Ada juga yang mengaitkan dengan ketulusan hati—katanya kalau niatmu gak tulus, otomatis bakal melenceng.

Tapi kalau mau pakai logika sederhana, ya ini soal keseimbangan tubuh dan persepsi otak. Begitu mata tertutup, kamu kehilangan referensi visual. Otakmu bingung, kaki jadi ragu-ragu, dan akhirnya tubuhmu bikin keputusan sendiri tanpa koordinasi yang jelas.

Nah, inilah kenapa sebagian orang sukses lewat, sementara yang lain malah nyelonong ke lapak jagung bakar.

Macam-Macam Pejuang Beringin Kembar

1. Si Percaya Diri Berlebihan
Baru nutup mata dua detik, udah ngomong, “Gampang ini mah!” Lima langkah kemudian, dia udah nyasar ke motor parkiran.

2. Si Pemikir Keras
Sebelum mulai, dia berusaha menganalisis sudut, arah angin, bahkan menghitung langkah dengan rumus geometri. Hasilnya? Sama aja, belok juga.

3. Si Pasrah Total
Dia nggak peduli bakal sukses atau gagal. Yang penting coba dulu. Kalau gagal, ya anggap aja jalan-jalan malam di Jogja.

4. Si Pemuja Mitos
Orang-orang tipe ini menganggap kalau gagal, berarti ada dosa besar yang belum terampuni. Bisa jadi pernah nyolong sendok di warteg atau lupa balikin buku teman.

5. Si Joki Sukses
Ini yang paling curang. Biasanya dia udah latihan duluan entah berapa kali, atau diam-diam nyimak tutorial dari YouTube. Begitu berhasil, dia sok-sokan bilang, “Tinggal percaya aja sama diri sendiri.”

Mitos vs Kenyataan

Apakah benar kalau berhasil melewati beringin kembar, harapanmu bakal terkabul?

Sebagian orang percaya, sebagian lagi menganggap ini cuma tradisi seru-seruan. Yang jelas, buat yang berhasil, setidaknya dia bisa pulang dengan rasa bangga dan bahan cerita buat flexing di tongkrongan.

Kalau gagal? Ya, minimal kamu dapat pengalaman dan bisa ketawa-ketawa bareng teman. Plus, kesempatan buat makan ronde atau wedang jahe di pinggir alun-alun sambil merenungi hidup.

Jalan Lurus Itu Tidak Mudah

Percobaan melewati beringin kembar bisa jadi metafora hidup. Kadang kita yakin sudah berjalan di jalur yang benar, tapi tanpa sadar malah melenceng. Kadang niat kita baik, tapi tetap aja kena tantangan di tengah jalan.

Jadi, kalau kamu ke Jogja, jangan ragu buat coba tantangan ini. Kalau berhasil, selamat! Kalau gagal, ya nggak apa-apa. Toh, masih ada cara lain buat mewujudkan harapan—seperti kerja keras, doa, dan tentunya, tidak menggantungkan hidup hanya pada mitos.

Tapi ya, siapa tahu, kan? Kalau-kalau semesta lagi baik hati…

Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

About Author

Penulis partikelir pojokan Sleman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW