Anak Muda Politik Sosial

“Beri Aku 10 Pemuda, dan Akan Kuguncang Dunia”: Api Perubahan dari Sang Proklamator

“Beri aku 10 pemuda, dan akan kuguncang dunia.”

Kalimat legendaris ini bukan sekadar rangkaian kata indah. Ia adalah seruan penuh keyakinan dari Ir. Soekarno—Presiden pertama Republik Indonesia—yang menyadari betapa besar kekuatan pemuda dalam menentukan arah masa depan suatu bangsa. Kata-kata itu menjadi semacam “mantra” yang terus digaungkan dari generasi ke generasi, sebagai pengingat bahwa perubahan besar tak butuh jumlah yang banyak—cukup dengan sepuluh orang muda yang benar-benar berkualitas.

Makna di Balik Ucapan Bung Karno

Apa yang sebenarnya dimaksud Bung Karno ketika mengucapkan kalimat tersebut? Ia tidak sedang meminta 10 orang kuat secara fisik. Yang ia butuhkan adalah sepuluh orang pemuda dengan semangat baja, pemikiran tajam, dan cinta tanah air yang tak tergoyahkan. Pemuda yang tidak hanya berani bermimpi besar, tapi juga siap bertindak untuk mewujudkan mimpi itu.

Menurut Bung Karno, kekuatan sejati bangsa bukan terletak pada kekayaan alamnya, senjatanya, atau jumlah tentaranya. Kekuatan terbesar suatu bangsa terletak pada jiwa dan idealisme pemudanya. Sepuluh pemuda yang berani, cerdas, dan konsisten, bisa menjadi kekuatan yang cukup untuk mengguncang dunia.

Pemuda dalam Lintasan Sejarah

Ucapan Bung Karno bukanlah isapan jempol. Sepanjang sejarah Indonesia, pemuda selalu menjadi motor penggerak perubahan.

Mulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908, yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo—organisasi modern pertama di Indonesia—yang dipelopori oleh para pelajar STOVIA (Sekolah Dokter Hindia Belanda). Lalu pada Sumpah Pemuda tahun 1928, para pemuda dari berbagai suku dan daerah menyatakan satu identitas: Indonesia.

Momentum itu menjadi fondasi kuat bagi perjuangan kemerdekaan yang kemudian dikobarkan oleh para tokoh seperti Soekarno, Hatta, dan para pemuda revolusioner lainnya.

Tidak berhenti di situ. Pada tahun 1945, para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Mereka bahkan “menculik” kedua tokoh itu ke Rengasdengklok agar tidak terpengaruh oleh tekanan politik Jepang. Tanpa desakan para pemuda ini, bisa jadi proklamasi tidak terjadi secepat itu.

Tahun 1998, sejarah kembali mencatat peran pemuda. Kali ini mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia bersatu menyuarakan reformasi. Mereka memenuhi gedung DPR, membawa tuntutan rakyat, dan pada akhirnya berhasil menumbangkan rezim Orde Baru.

Dunia yang Berubah, Perjuangan yang Berbeda

Hari ini, medan juang kita tak lagi dipenuhi peluru dan penjajah. Namun, tantangan baru tak kalah berat: krisis iklim, korupsi, kesenjangan sosial, degradasi moral, hingga banjir informasi hoaks di dunia digital.

Perjuangan pemuda kini berada dalam ranah intelektual, teknologi, sosial, dan budaya. Tapi esensinya tetap sama: menjadi bagian dari perubahan, menjadi pemantik bagi kebangkitan bangsa. Pemuda masa kini adalah content creator yang menyuarakan kebenaran, peneliti yang menciptakan inovasi, aktivis lingkungan, pegiat UMKM lokal, dan edukator digital.

Kemampuan untuk “mengguncang dunia” hari ini bukan hanya soal turun ke jalan, tapi bagaimana menciptakan dampak positif, sekecil apapun, dalam lingkungan sekitar.

Menjadi Salah Satu dari Sepuluh

Kalimat Bung Karno adalah tantangan terbuka bagi kita semua. Ia seperti berkata, “Aku tidak butuh ribuan yang pasif, cukup sepuluh yang benar-benar hidup.”

Siapa pun bisa menjadi bagian dari “sepuluh pemuda” itu. Syaratnya bukan ketenaran atau gelar akademik tinggi. Tapi kemauan untuk terus belajar, tidak mudah menyerah, dan memiliki kepedulian yang nyata terhadap masyarakat dan bangsa. Bahkan di lingkungan kecil, di desa, di sekolah, atau di ruang digital—seorang pemuda bisa memulai gerakan yang menginspirasi.

Mulailah dari hal-hal sederhana: membangun komunitas, menghidupkan kembali kegiatan sosial, berbagi edukasi melalui media sosial, atau menciptakan solusi bagi masalah kecil di sekitar. Jangan menunggu kesempatan besar datang—karena seringkali, perubahan besar lahir dari langkah kecil yang dilakukan secara konsisten.

Warisan yang Harus Dijaga

Kalimat “beri aku 10 pemuda” adalah warisan moral dari Bung Karno. Ia bukan sekadar romantisme sejarah, tapi panggilan nyata untuk terus membangun negeri. Setiap generasi punya tanggung jawab masing-masing. Dan hari ini, giliran kita—para pemuda zaman now—untuk menjawab panggilan itu.

Dunia mungkin tidak langsung terguncang oleh satu aksi. Tapi dengan semangat kolektif, dengan tekad dan nilai-nilai luhur, Indonesia bisa terus bergerak maju.

Karena sejatinya, bangsa ini tidak kekurangan orang muda. Yang dibutuhkan adalah pemuda yang tidak takut menjadi beda, dan tidak ragu untuk bergerak.

S AJI P

S AJI P

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW