PSS Sleman sedang terpuruk. Kita semua tahu itu. Setiap pertandingan terasa seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan. Klasemen tak berpihak, performa di lapangan membuat hati miris, dan kepercayaan diri tim ini seolah hilang entah ke mana.
Hati kita terluka. Bukan hanya karena kekalahan, tapi karena kita melihat tim kebanggaan kita seperti kehilangan jati diri.
Lalu, apa yang kita lakukan? Mengutuk? Mencaci? Menghabiskan energi hanya untuk saling menyalahkan?
Tidak! Persetan dengan itu semua!
Marah? Itu wajar. Kecewa? Tentu saja. Tapi kalau kita hanya bisa marah tanpa memberikan solusi, kita sama saja ikut menghancurkan tim ini. Apakah dengan makian kita, PSS tiba-tiba bangkit? Apakah dengan caci maki kita, tim ini tiba-tiba berubah menjadi kesebelasan juara?
Tidak! Tidak akan pernah!
PSS tidak butuh kutukan. PSS butuh dukungan. Butuh kita, para suporternya, tetap berdiri di belakang mereka. Sebab sepak bola bukan hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang loyalitas. Tentang bagaimana kita tetap bertahan dalam keadaan sulit.
Kalau kita benar-benar mencintai tim ini, maka ini bukan saatnya untuk tenggelam dalam amarah dan putus asa. Ini saatnya bangkit.
Di Tengah Keputusasaan, Masih Ada Harapan
Lihatlah Jatirejo. Sebuah desa kecil yang jauh dari sorotan media, tetapi memiliki semangat lebih besar dari ribuan hinaan di media sosial. Di sana, sekelompok suporter memilih jalan berbeda. Mereka tidak sibuk menghujat. Mereka tidak sibuk menyalahkan. Mereka memilih bertindak.
Bukan dengan teriakan penuh kemarahan. Bukan dengan cacian yang menyakitkan. Tapi dengan sesuatu yang lebih tulus: doa dan harapan.
Mereka menuliskan secarik poster kecil—bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk berharap. Bukan untuk menghakimi, tetapi untuk mendukung. Poster kecil berisi ajakan ini disebar ke penjuru desa, ditempel di pintu-pintu masjid, sebagai pengingat bahwa setiap usai beribadah, luangkan waktu sejenak untuk mendoakan PSS.
Setiap sujud mereka sisipkan doa. Setiap malam mereka memohon agar PSS bangkit. Agar tim ini kembali menemukan jalannya. Agar PSS kembali menjadi kebanggaan yang kita semua rindukan.
Mungkin terdengar sederhana. Mungkin bagi sebagian orang terdengar naif.
Tapi bukankah kebangkitan selalu dimulai dari langkah kecil?
Kita semua tahu sepak bola bukan hanya tentang teknik dan taktik. Sepak bola juga tentang mentalitas, tentang keyakinan, tentang kepercayaan. Jika kita sebagai suporter hanya menyebarkan pesimisme, bagaimana bisa kita berharap tim ini percaya pada kebangkitannya sendiri?
Ketika tim ini turun ke lapangan, mereka harus tahu bahwa mereka tidak sendirian. Mereka harus merasakan energi kita, semangat kita, keyakinan kita. Jika mereka merasakan bahwa kita masih percaya, mereka akan bangkit. Tapi jika yang mereka dengar hanya cacian, hanya makian, bagaimana bisa mereka memiliki kepercayaan diri?
Kita butuh optimisme.
Kita butuh energi positif yang menyebar ke seluruh Sleman. Jangan remehkan kekuatan harapan. Jangan sepelekan kekuatan doa dari ribuan hati yang tulus. Tuhan mendengar. Dan siapa tahu, dari langkah kecil ini, kebangkitan benar-benar dimulai.
Kita Belum Mati! Ini Belum Berakhir!
PSS masih memiliki pertandingan tersisa. Masih ada waktu untuk berjuang. Kita belum kalah, kita belum habis.
Kita belum mati!
Jadi sekarang, tanyakan pada dirimu sendiri:
Apakah kau masih percaya?
Apakah kau masih berdiri? Apakah kau masih mencintai tim ini, bukan hanya saat mereka berjaya, tapi juga di saat mereka jatuh?
Jika iya, hentikan kutukan. Berhenti menyebarkan pesimisme. Berhenti saling menyalahkan.