Ragam

Anjing Babi! Kenapa Mereka yang Kena?

Pernah nggak sih, pas kesel banget, mulut kamu spontan ngomong: “Anjing!” atau “Babi!”? Entah lagi kena macet, dikerjain temen, atau liat skor ujian yang nggak sesuai harapan, dua hewan ini sering banget jadi kambing hitam. Eh, kok malah kambing? Ya intinya, kenapa sih selalu anjing dan babi yang jadi korban makian?

Kalau dipikir-pikir, di hampir setiap daerah di Indonesia, bahkan di banyak negara lain, kedua hewan ini selalu muncul dalam kata-kata kasar. Mau pakai bahasa daerah, tetap aja maknanya nyerempet ke hal yang sama: makian. Apa dosa anjing dan babi sampai mereka selalu jadi pilihan utama buat orang yang lagi emosi? Mari kita kulik bareng-bareng!

Anjing: Sahabat Setia yang Malang

Sebagai hewan, anjing itu sebenarnya luar biasa. Mereka setia, pinter, dan bisa dilatih untuk nolong manusia. Ada anjing pelacak, anjing penyelamat, bahkan anjing terapi buat orang dengan gangguan mental. Tapi kenapa malah sering dipakai buat makian

Kemungkinan besar, ini ada hubungannya sama kultur dan sejarah. Di banyak budaya, termasuk di Indonesia, anjing sering diasosiasikan dengan sesuatu yang liar, kotor, dan nggak terkendali. Selain itu, di beberapa daerah, anjing sering dianggap sebagai hewan yang kurang berharga dibanding hewan ternak lain seperti sapi atau kambing.

Di sisi lain, dalam kehidupan sehari-hari, anjing juga sering bikin orang jengkel. Coba bayangin, kamu baru beli sandal baru, eh tiba-tiba disabotase sama anjing tetangga. Atau lagi jalan santai, tiba-tiba ada anjing ngejar kayak utang kamu belum lunas. Nah, mungkin karena pengalaman seperti ini, orang jadi lebih gampang mengasosiasikan anjing dengan sesuatu yang negatif.

Babi: Si Pemakan Segala

Kalau anjing masih punya reputasi sebagai hewan setia, babi beda cerita. Babi sering dianggap hewan yang jorok karena mereka suka berkubang di lumpur dan makan apa aja yang ada di depan mereka, termasuk sampah sekalipun. Karena itulah, banyak orang langsung mengaitkan babi dengan sesuatu yang menjijikkan atau nggak bermoral.

Di beberapa budaya dan agama, babi juga dianggap hewan yang haram dimakan. Ini makin memperkuat citra negatifnya. Akhirnya, kata “babi” pun dipakai buat menggambarkan seseorang yang dianggap rakus, jorok, atau nggak punya sopan santun.

Padahal, kalau dipikir-pikir, babi itu hewan yang cukup pinter lho! Mereka bisa diajari trik, punya ingatan yang bagus, dan bahkan bisa mengenali wajah manusia. Tapi ya sudahlah, nasib mereka sudah terlanjur buruk di dunia per-makian.

Kenapa Anjing dan Babi Selalu Ada di Setiap Bahasa?

Uniknya, makian berbasis anjing dan babi ini nggak cuma ada di Indonesia. Di bahasa Inggris, misalnya, ada “son of a b*tch” (yang artinya anak anjing), atau “you pig!” buat ngatain orang yang jorok atau rakus. Di Prancis, ada juga kata “chien” (anjing) yang dipakai buat umpatan.

Kemungkinan besar, ini karena anjing dan babi punya sifat yang bisa dengan mudah diasosiasikan dengan hal-hal negatif. Anjing bisa agresif dan liar, sementara babi dianggap jorok dan rakus. Jadi, dua hewan ini cocok banget buat dijadikan kata-kata yang mengekspresikan kekesalan.

Tapi Kok Nggak Kambing atau Kucing?

Pernah nggak sih denger orang maki-maki pakai kata “kambing!” atau “kucing!”? Jarang banget, kan?

Padahal kalau dipikir-pikir, kambing juga suka bikin ulah. Mereka suka nabrak-nabrak, makan sembarangan, dan teriak-teriak nggak jelas. Tapi tetap aja, kambing nggak masuk daftar makian populer.

Sementara itu, kucing justru lebih sering dipuja daripada dimaki. Meskipun mereka sering nyolong ikan, nggak pernah balikin barang yang mereka jatuhin dari meja, dan suka nginjek keyboard laptop pas kita kerja, kucing tetap dimaafkan. Kenapa? Karena mereka imut! Dan manusia itu lemah terhadap sesuatu yang imut.

Kesimpulan: Anjing dan Babi, Korban Makian Sejati

Jadi, kalau dipikir-pikir, nasib anjing dan babi di dunia per-makian ini memang kurang beruntung. Mereka selalu jadi pilihan utama buat melampiaskan emosi, padahal banyak hewan lain yang sebenarnya juga bisa masuk nominasi.

Tapi mungkin, ini cuma kebiasaan yang sudah tertanam di budaya kita. Kalau lagi marah, kata “anjing!” atau “babi!” lebih enak diucapkan karena sudah umum dan punya efek emosional yang kuat.

Tapi ingat, meskipun seru buat dibahas, nggak berarti kita harus sering-sering ngomong kasar, ya! Lebih baik kalau kita bisa nahan emosi dan pakai kata-kata yang lebih positif. Lagian, kasihan juga anjing dan babi, udah nggak salah apa-apa, masih kena getahnya.

Jadi, lain kali kalau mau marah, coba deh cari alternatif lain. Mungkin “kaktus berduri!” atau “es teh tumpah!” bisa jadi pilihan yang lebih kreatif. Siapa tahu, dengan begitu, kita bisa mulai mengubah kebiasaan buruk ini.

S AJI P

S AJI P

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW