Ada satu fenomena yang selalu menarik kalau kita ngomongin orang-orang di Jogja dan Solo, khususnya di musim liburan; sering banget kita dengar celetukan “hidup di Jogja dan Solo itu susah”, tapi kok ya tiap liburan, ekonomi jalan terus, malah ngebut!
Coba deh liat suasana Jogja dan Solo sekarang. Jalanan macet, tempat makan penuh, wisata rame kayak pasar malam, dan oleh-oleh laku keras. Para pelaku usaha dari tukang angkringan sampai pengusaha hotel, semua senyum-senyum sumringah. Jadi, gimana bisa orang-orang bilang “hidup di Jogja dan Solo itu susah”, padahal ekonomi mereka muter kencang pas liburan begini?
Liburan, Mesin Ekonomi yang Gak Pernah Mati
Kita gak bisa mungkirin, Jogja dan Solo itu magnet wisata. Dari wisata alam, budaya, kuliner, sampai vibes-nya yang katanya nggak ada duanya, bikin orang dari berbagai kota rela berbondong-bondong datang. Kalau sudah begini, yang diuntungkan siapa? Ya masyarakat lokal. Tukang parkir, abang becak, pemilik warung, sampai anak muda yang jualan online jadi kecipratan rezeki.
Musim liburan itu semacam booster ekonomi dadakan. Banyak orang mungkin merasa penghasilan harian mereka “biasa-biasa aja” di hari normal. Tapi ketika liburan tiba, semuanya berubah. Banyak yang panen besar!
“Hidup Susah” Itu Perspektif
Nah, kalau ekonomi bisa muter gini, kenapa masih ada yang bilang “hidup di Jogja dan Solo susah”? Jawabannya mungkin karena persepsi soal standar hidup tiap orang beda-beda. Ada yang merasa cukup dengan pemasukan musiman ini, tapi ada juga yang merasa masih jauh dari “sejahtera”. Wajar sih, semua orang punya tantangan masing-masing. Tapi, poinnya adalah: masyarakat Jogja-Solo selalu bisa memanfaatkan momentum.
Mereka paham betul kapan waktunya harus kerja keras. Jadi, meskipun di hari biasa pendapatan cenderung stabil atau pas-pasan, mereka tetap punya trik untuk memanfaatkan musim liburan buat ngejar setoran.
Kreativitas Lokal yang Nggak Ada Matinya
Satu lagi yang bikin roda ekonomi Jogja dan Solo muter kencang adalah kreativitas warganya. Anak-anak muda mulai dari jualan kopi kekinian sampai bikin produk lokal yang unik. Belum lagi, banyak event musik, seni, dan budaya yang terus dihidupkan buat menarik wisatawan. Jadi, kalau dibilang ekonomi Jogja dan Solo gak gerak, itu salah besar. Gerak, cuma ritmenya kadang santai dulu, lalu meledak pas peak season kayak liburan sekarang.
Mari Kita Syukuri
Di balik semua keluhan soal “hidup di Jogja dan Solo itu susah”, musim liburan ini jadi pengingat bahwa masyarakat Jogja dan Solo itu tangguh. Mereka kreatif, fleksibel, dan tahu cara bertahan. Jadi, lain kali kalau denger celetukan itu lagi, anggap aja sebagai bentuk humble brag. Karena faktanya, mereka tahu gimana caranya bikin ekonomi jalan terus, meskipun terkadang ada tantangan.
Hidup memang nggak selalu gampang, tapi kota Jogja dan Solo ngasih pelajaran: yang penting, tetap jalan, tetap kreatif, dan tetap semangat!