Malam itu, angin desa yang lembut berhembus, membawa udara dingin dari arah pegunungan. Di teras rumah Jagad, suasana sepi dan tenang. Hanya terdengar suara jangkrik dan gemerisik dedaunan, sementara bintang-bintang mulai bermunculan di langit yang gelap. Jagad duduk di kursi kayu tua, memandangi cahaya lampu yang temaram dari rumah-rumah tetangga yang jauh di bawah bukit. Di sampingnya, Mbah Karno duduk dengan santai, tangan kanannya memegang rokok yang sudah hampir habis.
“Mbah,” suara Jagad memecah keheningan malam, “kenapa sih banyak anak muda sekarang yang begitu apatis dengan politik? Padahal, kan politik itu penting buat hidup kita?”
Mbah Karno menghisap rokoknya dalam-dalam, mengeluarkan asap yang melayang di udara malam. Ia merenung sejenak, lalu menatap Jagad dengan tatapan yang penuh arti. “Jagad,” katanya pelan, “politik itu memang sering dianggap kotor, penuh intrik, dan tidak menarik bagi banyak orang. Anak muda sekarang lebih suka menutup mata, berpikir bahwa politik itu jauh dari mereka. Tapi sebenarnya, mereka keliru. Politik itu ada di setiap aspek hidup kita. Setiap keputusan yang diambil, kebijakan yang dibuat, itu mempengaruhi siapa kita dan bagaimana kita hidup.”
Jagad mendengus pelan, tampak bingung. “Tapi, Mbah, banyak teman-temanku yang bilang kalau mereka nggak peduli dengan politik. Mereka pikir, ‘Apa gunanya kita ikut-ikutan? Apa bedanya kalau kita memilih atau tidak?’ Mereka lebih tertarik dengan hal-hal lain.”
Mbah Karno mengangguk pelan, menatap langit malam yang berkilau dengan bintang. “Itulah masalahnya, Jagad. Mereka tidak sadar bahwa ketidakpedulian mereka justru memberi ruang bagi orang lain untuk menentukan jalan hidup mereka. Politik itu bukan sekadar tentang partai atau calon presiden. Politik itu ada di setiap aspek kehidupan kita.”
Jagad terdiam, mencoba mencerna apa yang dimaksudkan oleh Mbah Karno. Mbah Karno melanjutkan, “Kebijakan pemerintah dalam pendidikan, misalnya. Ketika anggaran pendidikan dipotong atau tidak dialokasikan dengan tepat, siapa yang rugi? Anak-anak muda yang seharusnya mendapat pendidikan yang baik, mereka yang akan merasakannya. Begitu juga dengan kebijakan di sektor kesehatan. Ketika layanan kesehatan buruk atau tidak terjangkau, itu juga masalah politik. Sebab, kebijakan pemerintah yang memengaruhi fasilitas kesehatan kita.”
Jagad mengangguk, matanya mulai terbuka. “Oh, jadi politik itu berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari, ya?”
“Benar,” jawab Mbah Karno. “Politik juga menyentuh masalah lingkungan hidup. Ketika ada kebijakan yang merusak alam atau tidak mengatur pengelolaan sumber daya alam dengan baik, yang terdampak bukan hanya generasi sekarang, tapi juga masa depan. Begitu pula dengan isu-isu sosial, seperti ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan, semuanya berasal dari keputusan-keputusan politik.”
Jagad semakin memahami, tapi masih ada satu pertanyaan yang mengganjal. “Tapi, Mbah, banyak orang bilang politik itu kotor. Mereka tidak mau terlibat, karena mereka merasa tidak bisa mengubah apa-apa.”
Mbah Karno tersenyum bijak, matanya menatap jauh ke depan. “Itulah sebabnya tidak semua orang harus menjadi seperti Tan Malaka, yang berjuang dengan cara keras dan radikal. Ada juga orang seperti Sutan Sjahrir, yang memilih jalan yang lebih bijaksana. Mereka berdua berjuang untuk bangsa ini dengan cara yang berbeda, tetapi tujuannya sama: membawa perubahan yang lebih baik. Kau tidak perlu turun ke jalan atau terlibat dalam pertempuran fisik untuk berkontribusi. Politik itu bisa dilakukan dengan banyak cara, melalui pemilihan, berbicara di ruang-ruang diskusi, atau hanya dengan mendukung kebijakan yang baik.”
Jagad merenung, kata-kata Mbah Karno benar-benar menyentuh hatinya. Ia kini menyadari, bahwa apapun yang terjadi di dunia ini, politik selalu terlibat. Bahkan dalam hal-hal kecil, seperti pemilihan tempat tinggal atau keberadaan fasilitas umum, politik ada di sana. Tanpa kita sadari, setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah akan langsung berdampak pada kesejahteraan kita.
“Jadi, Mbah,” kata Jagad pelan, “politik itu bukan hanya milik orang yang aktif di partai atau organisasi besar, ya? Setiap orang bisa berperan.”
“Persis,” jawab Mbah Karno sambil tersenyum. “Setiap orang memiliki peran. Anak muda juga bisa terlibat, walaupun mereka tidak harus berjuang seperti para pahlawan besar. Yang penting adalah kesadaran, bahwa politik itu sangat dekat dengan hidup kita. Jika kita tidak peduli, kita akan membiarkan orang lain yang memutuskan nasib kita.”
Jagad menatap langit, pikirannya berputar. Ternyata, ketidakpedulian terhadap politik bukanlah pilihan yang bijaksana. Politik bukan hanya soal partai atau politikus, tetapi tentang bagaimana kita sebagai rakyat bisa turut serta dalam menentukan arah bangsa ini. Sebab, dalam setiap langkah hidup, politik selalu punya peran.