PolMas

Media Sosial: Panggung Baru Perebutan Kekuasaan

media sosial

Media Sosial berasal dari dua kata gabungan yaitu media dan sosial, hehe udah gitu doang. Eh, enggak dong, begini jika diartikan/ dibedah satu per satu maka media sendiri menurut KBBI merupakan alat (sarana) komunikasi seperti koran, spanduk, radio, televisi, poster, dan majalah. Sedangkan sosial menurut KBBI merupakan segala hal yang berhubungan dengan masyarakat. Jadi kesatuan dari kedua hal tersebut bisa diartikan menjadi alat komunikasi yang berhubungan dengan masyarakat.

Apakah sesederhana itu? Sabar, korelasinya dengan kekuasaan belum kita bahas.

Di atas, KBBI belum memperbarui penjabarannya tentang arti media, tahu apa yang kurang? Yak betul, ponsel/ telepon genggam belum masuk. Sekarang tahun 2024 dimana poster/ koran sudah bisa berbentuk digital dan bisa diakses hanya dengan melalui ponsel. Bahkan dengan bentuk video sekalipun yang bisa dikatakan mendekati kualitas dari sebuah suguhan yang televisi punya. Apa itu digital? Cari sendiri ya, hehe.

Malas mencari? Ayo semangat.

Jika kita sudah mengetahui apa itu yang dimaksud dengan media sosial sebagaimana fungsi utamanya yaitu menjadi sebuah alat komunikasi yang berhubungan dengan masyarakat, maka kekuasaan yang diperebutkan akan lebih menarik untuk didalami. Dalam hal ini penyebutan asiknya dipanggil dengan kata ganti yaitu panggung. Tentu panggung sendiri secara lahirnya merupakan sebuah tempat yang harapannya dapat menuai sorotan dari sudut manapun. Dari yang terjauh sampai dengan yang terdekat, dari yang paling pinggir sampai yang paling strategis.

Masuk ke bagian inti, apa itu kekuasaan? Sekilas terbesit hal-hal yang serakah, sekilas pula terbatin merupakan sesuatu yang didamba-dambakan oleh segelintir orang, dan tersirat secara alam bawah sadar di lubuk seluruh hati manusia bahwa mereka semua menginginkan hal ini.

Menurut Ramlan Surbakti (Ketua KPU periode 2004-2007) kekuasaan itu adalah kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi. Ada kata mempengaruhi yang berarti menjelaskan bahwa kekuasaan ini seperti hal nya api yang bisa membuat air menjadi lenyap, hilang  karena mendidih akibat pengaruh dari suhu panasnya. Tapi ini bukan tentang benda mati.

Ke-kuasa-an. Kita harus cermat memisahkan imbuhan ke dan an-nya dulu. Kuasa adalah kekuatan, menurut penalaran ilmiahnya diambil dari KBBI merupakan kesanggupan atau kemampuan (untuk berbuat sesuatu). Bayangkan jika hanya ada satu orang atau satu kelompok saja yang boleh mempunyai kekuasaan ini, semua hal harus seperti apa yang dikehendakinya. Padahal seperti yang kita rasakan bersama bahwa tidak ada kemiripan mutlak yang dimiliki oleh masing-masing manusia, termasuk anggapan baik dan buruk.

Sebelum ada ponsel dan juga internet, perebutan kekuasaan itu diraih dengan cara-cara di luar media sosial seperti yang dijabarkan oleh KBBI tentang media tadi. Namun sekarang, ketika ponsel sudah lekat dan nyata adanya, bukan tidak mungkin bisa digunakan menjadi alat terampuh untuk andil diajang perebutan panggung kekuasaan.

Adapun kelebihan serta kekurangannya, seperti yang alam semesta sepakati mengenai keseimbangan. Perebutan panggung kekuasaan menggunakan media sosial pun memiliki hal serupa, misalnya saja kelebihannya adalah lebih murah biaya logistiknya, hanya perlu internet yang tidak begitu cepat-cepat amat sama perangkat ponsel low-end class sudah mampu menggetarkan jagad sosial di dunia medsos tersebut. Atau beberapa orang mempunyai sebutan khusus yaitu jagad “udara”. Sedangkan alat yang bisa dikatakan belum lebih modern atau cara-cara lama bisa disebut dengan jagad “darat”.

Balik lagi ke perbandingan kelebihan serta kekurangannya, sudah disebut tadi bahwa salah satu kelebihan perebutan di “udara” adalah ongkosnya yang murah. Lalu apa saja kekurangannya?

Salah satu kekurangannya adalah jika cuaca mendadak buruk lalu bledeg menyambar secara membabi buta hingga menyebabkan PLN harus memadamkan gardu induknya. Tamatlah sudah. Hal ini sekaligus bisa dikaitkan langsung untuk menjelaskan salah satu kelebihan perebutan kekuasaan menggunakan jalur “darat” atau alat-alat non medsos.

Kekurangannya pun bisa kita simpulkan dengan mengambil lawan kata dari murah tadi, yak betul, mahal. Kenapa mahal? Bayangkan jika melalui ponsel bisa sekali unggah lalu disebarkan dengan cepat dan gratis, bagaimana dengan koran/ poster fisik? Tentu butuh tenaga raga, dan batin juga untuk mengetuk pintu orang-orang yang tidak semua mau menerima tamu, sedang tidak mau diganggu, dan lain macam sebagainya.

Karol

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan ketinggalan Update dari kami

    Kami akan mengirimkan anda update terbaru dari Layanglayang Merah.

    LLM @2024. All Rights Reserved. | Developed with love ISW